Trip #10: Di Pantai Samas, Aku Mengenal Keunikan Penyu


Papan konservasi penyu di Pantai Samas Bantul (dok. istimewa)

Jalan-jalan ke pantai itu kapan pun waktunya terasa menyenangkan. Apalagi, klo sampai sana tak hanya melihat fhamparan birunya laut dan suara deburan ombak yang berkali-kali terhempas dan beradu dengan pasir, tapi juga bisa sekalian belajar tentang apa yang ada di 'dekat'nya. Pelajaran itu yang menjadi nilai ples dalam tanda kutip bahwa piknik tak sekedar membuang panik tapi juga makin asik karena tak sekedar jalan-jalan.

Di trip yang sudah ke-10, gak kerasa ternyata dah 10 kali piknik dalam rentan waktu yang gak terlalu lama. Padahal dulu semacam 'barang langka' karena belenggu rutinitas kerja. Bisa pergi setaon sekali pun sudah kelewat syukur. Mungkin ini salah satu hikmah hidup 'selo' haha... Alhamdulillah

Eh balik ke cerita awal, cerita jalan-jalan kali ini di Pantai Samas Bantul. Pantai yang sebenarnya sudah populer sejak dulu, tapi jujur aku baru menapakinya sekali. Itu pun bisa dibilang kebetulan.

Dulu aku pikir, apa ya yang menarik dari pantai ini dibandingkan pantai lain, seperti Parangtritis misalnya. Apalagi juga sering denger kata orang klo di sana relatif sepi pengunjung karena pantainya gak terlalu bagus. Itu kata orang loh ya.

Jadi ceritanya, ada temen jurnalis yang cerita klo di sana ada konservasi penyu yang cukup menarik untuk diangkat jadi berita. Padahal, sebenarnya itu "cerita lama" karena klo dibrowsing lewat mbah Gugel ada data pastinya berapa jumlah portal yang sudah bercerita banyak soal penangkaran penyu di sana. Tapi, buat kami bukan persoalan lama gaknya, melainkan cerita di balik peristiwa. Ciahhh...

HEBATNYA MBAH JITO


Mbah Jito (kanan) saat ngobrol bersama kami di pantai Samas (dok. pribadi)

Benar saja, ternyata ada orang yang menurutku hebat di balik berdirinya kawasan konsevasi penyu, khususnya di dusun Ngepet, desa Srigading, kecamatan Sanden, kabupaten Bantul, DIY itu. Siapa lagi klo bukan mbah Rujito? Eh apa hebatnya beliau? Banyak. Diantaranya? Tar dulu...

Sebelum cerita soal mbah Jito, kami memanggilnya begitu. Bicara penyu jadi inget film kartun kura-kura ninja 'jaman cilik' wekekekekek taon berapa ya itu? Entahlah dah lupa karena saking lamanya. Ups berarti aku dah termasuk generasi tua ya karena masih 'menangi' film yang judul aslinya kalau gak salah "Ninja Turtles" eh bener gak ya ejaannya? Semoga saja gak salah. Kalau pun salah harap maklum, bukan orang Inggris :D

Lanjut cerita soal kura-kura ninja eh... Maksudnya penyu di pantai Samas. Aku yakin orang pasti gak ada yang gak tau penyu atau kura-kura. Jenis reptil yang punya cangkang keras dan bisa hidup di dua alam. Tapi bukan alam bawah sadar sama alam goib loh ya hihi... Maksudnya dua alam itu di darat dan di laut.

Tapi, meski hampir semua orang tau penyu tapi haqul yakin belum banyak yang tau keunikan ciptaan Allah SWT satu ini. Bener gak tebakanku? Insya Allah bener #macakPD

Awalnya aku juga gak tau sama sekali apa yang istimewa dari binatang yang unyu ini, tapi dari mbah Jito, aku mengenalnya (nya= penyu). Sekaligus ini untuk menjawab rasa penasaran bagi yang merasa, kalau gak merasa ya paling gak jadi taulah.

Nah, dari cerita mbah Jito itu, eh... Sebentar-sebentar, siapa sih mbah Jito itu kok sajak tau banget soal dunia per-penyu-an. Pakarkah? Pengamatkah? Atau malah pemilik penyukah? Ternyata bukan sodara-sodara. Mbah Jito tau soal penyu dan 'kehidupan'nya dari pengalamannya selama puluhan taon bergelut dengan binatang yang usianya bisa nyampai 50 taon lebih ini.

Gimana ceritanya kok mbah Jito tau banyak soal penyu? Karena beliau sedari muda sudah berburu telur-telur penyu untuk diperjual-belikan. Jadi wajar dong tau. Uniknya, pada taon 2000, mbah Jito justru 'tobat' dari pemburu menjadi penyelamat telur penyu dan tukik, termasuk indukannya. Hebat euy... Itu kehebatan pertama.

Lalu alasannya apa? Ini nih kehebatan kedua, meski SMA gak lulus tapi ternyata pikiran mbah Jito ketika muda dah visioner. Jadi beliau memilih jadi bagian dari penyelamat penyu karena semakin langkanya populasi hewan ini, sekaligus menjaga ekosistem laut, dan tak kalah pentingnya bisa menjadi 'guru' bagi masyarakat yang ingin mengenal apa itu penyu, apa pentingnya, dan bagaimana kehidupan mereka sebenarnya, termasuk kami-kami ini yang penasaran.

Kehebatan ketiga, berkat upayanya melestarikan habitat penyu yang unyu-unyu itu, mbah Jito pernah meraih penghargaan Kalpataru pada taon 2007 lalu. Taukah penghargaan itu diberikan oleh siapa dan untuk siapa? Kalau belum tau tanya mbah Gugel gih...

Kehebatan selanjutnya, biarpun sudah memasuki usia senja, semangat mbah Jito seolah tak pernah surut untuk menyelamatkan kelangsungan hidup penyu-penyu, mulai dari jebol procot telurnya sampai nanti menjadi tukik, dirilis ke laut istilahnya, kawin, dan sampai beranak-pinak lagi.

"Saya akan melakukan ini selama saya masih mampu melakukannya," kata mbah Jito kepada kami. Meskipun tanpa bayaran loh itu. Beneran hebat kan?

UNIKNYA PENYU SI UNYU-UNYU


salah satu penyu yang usianya sekitar 50 taon. kasian, penyu yang dah berusia senja ini diamputasi kaki depannya. (dok. pribadi)

Nah, setelah cerita sebagian kehebatannya mbah Jito yang juga pendiri Forum Konservasi Penyu Bantul (FKPB), sekarang giliran bicara hebat dan uniknya penyu. Mau tau aja apa mau tau bangets?

Kalau menurutku setelah dengar ceritanya simbah kakung itu tentunya, penyu itu adalah survivor sejati. Percaya gak?, sejak pertama kali telur menetas jadi tukik, sudah harus bergelut dengan maut. Gak tanggung-tanggung pembunuhnya. Selain predator-predator di laut dan udara, seperti ikan hiu dan burung-burung, yang tak segan membunuh bayi-bayi penyu itu tak lain induk jantannya alias bapaknya sendiri. Ladalah... Melongo kan?

Kata mbah Jito, saat telur penyu akan menetas, si papah biasanya dah nungguin di dekat sarang telur, aku pikir buat dibina biar jadi tukik yang baek, eee malah dibinasakan. Kenapa ya kok si papah tega ingin membunuh anaknya sendiri? Apa karena cemburu sama induk betina yang nanti akan berbagi kasih sayang dengan anak mereka? Wallahualam... Sampai sekarang aku juga blom nemu jawabannya dan blom sempat tanya mbah Gugel juga.

Uniknya penyu itu, punya telor yang ukurannya lebih besar dibandingkan telur ayam apalagi telur puyuh :D dan itu lentur serta kenyal. Kata mbah Jito, seringkali penetasan telur itu gagal karena salah megangnya waktu mau dipindah. Loh kok bisa? Klo guyonannya simbah, biasanya anak-anak perempuan suka gemes dan ngerasa gimana gitu klo megang yang kenyal-kenyal jadi tanpa sadar megangnya terlalu kenceng. Padahal, genggaman yang kuat itu justru merusakkan sel-sel embrio di dalam cangkang telurnya. Weleh...

"Kalau yang menetaskan saya sendiri, keberhasilannya bisa 80 - 97 persen. Tapi kalau dipegang tangan orang lain, apalagi anak-anak sekolah, malah seringnya gagal. Tapi gakpapa gagal menetas, saya tetap bangga karena bisa memberikan edukasi kepada mereka," ujar mbah Jito. "Ah sok yes banget simbah nih," batinku berkata.

Lalu, setelah jadi tukik alias anak penyu, mereka istilahnya akan dirilis ke laut supaya hidup mandiri. Nah, tau gak, ternyata dari ratusan tukik yang dilepas ke habitatnya, kemungkinan bisa hidup hingga dewasa hanya 1:100 Artinya, dari 100 tukik, hanya satu ekor saja yang berpeluang panjang hidupnya. Loh kok? Iya, karena itu tadi, ketika procot dari cangkang telur saja langsung diincar predator dari darat, laut, dan udara.

Eh iya, ternyata yang menentukan jenis kelamin tukik itu justru suhu, loh. Kalau ini kata dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta yang pernah meneliti tentang penyu, pak Agung Budiantoro. Menurut beliau, semakin rendah suhu di sekitar sarang, maka telur akan menetas jadi tukik jantan. Sebaliknya, kalau suhunta tinggi, maka akan menetas jadi tukik betina. Hihi... Unik ya.

Lalu kenapa penyu perlu dilindungi? Karena selain populasinya semakin jarang, penyu terutama yang masih tukik mampu mengendalikan populasi ubur-ubur pantai, sebab itu makanan favorit kura-kura kecil yang baru mampu menyelam di kedalaman 40 - 50 meter. Nah, ubur-ubur ini kan biasanya jadi 'musuh' karena bisa menjauhkan ikan-ikan di pesisir, serta bisa melukai manusia saat menyengat.

Ow iya, kata mbah Jito, penyu biasanya memasuki masa kawin itu di usia 15 tahun. Wah kalau di dunia kita, itu bisa dicap pernikahan diri ya. Wekekekekek...  Apalagi rata-rata usia penyu juga bisa sampai puluhan tahun, hampir sama juga dengan usia manusia.

Yang menurutku lebih unik dari reptil satu ini adalah takut pada bau parfum, cahaya, dan suara kebisingan manusia. Weleh, ternyata itu bisa mempengaruhi penyu saat bertelur.

MITOS PENYU


dua tukik imutz lagi berenang (dok. pribadi)

Menarik ketika mbah Jito bilang kalau setiap musim Pileg atau Pemilu Legislatif, biasanya ada penyu yang ilang dicuri orang. Waduh kenapa ya? Kata si mbah, itu tak lepas dari mitos bahwa penyu itu tunggangannya Nyi Roro Kidul. Ow pantesss... Tapi catet ya... Ini cuma mitos. Sulit dibuktikan secara riil.

Eits! ternyata dah panjang lebar nih ceritanya soal konsevasi penyu di pantai Samas, ples keunikan mereka (maksudnya penyu dan si pawang penyunya).

Saatnya upload cerita, pake produknya Telkom Indonesia. dengan hastag #IndonesiaMakinDigital pastinya... Biar koneksinya lancar jaya... soalnya cerita ini gak bakalan sampai ke kamu tanpa dukungan network yang joss.

Salam Piknikers... 

Komentar

  1. Sekian tahun di Jogja, keknya aku belum pernah deh ke Pantai Samas. Hihihihi, kurang piknik beneran aku ini. Btw, semoga Mbah Jito selalu sehat gembira dan bahagia. Apa yang sudah beliau perbuat sungguh luar biasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wekekekekekek.... Sempatkan mas, aku juga baru sekali langsung jatuh hati pada tempat ini

      Hapus
    2. Lha, saiki malah wis ora neng Jogja. Next wis nek misale pas ada kesempatan ke Jogja, disempatkan ke sana. Liat penyu :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip #9: Menikmati wisata kuliner malam 'romantis' di angkringan pendopo lawas Jogja

Trip #8: Berdamai dengan alam di kawasan hutan mangrove Baros

Trip #12: di Kampung Flory Sleman, Icip-icip Kuliner Ndeso