Trip #3: Menemukan ketenangan di pantai Kuwaru


suasana Pantai Kuwaru, Bantul, DIY yang sunyi (dok. pribadi)

Siang hari yang terik tak terasa panas di kulitku ketika angin laut membelai tubuh dan alam di sekeliling. Deburan ombak yang bersahutan dari ujung timur hingga barat batas pandang, serta hamparan biru laut yang dipadu dengan birunya langit serta hitamnya pasir, pun masih dihias dengan kapal-kapal nelayan yang tertahan di tepian karena ombak sedang tak bersahabat, justru menciptakan suasana yang menenangkan jiwa. Jauh dari keriuhan, dan lalu-lalang wisatawan.

Itu sekelumit kesan ketika aku sampai di pantai Kuwaru. Sesuai namanya, pantai yang berada di deretan pesisir selatan DIY ini termasuk wilayah Dusun Kuwaru, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Tepatnya sekitar 3 km barat Pantai Goa Cemara atau kurang dari 1 km sisi timur Pantai Baru.

Papan petunjuk arah menuju kawasan pesisir selatan Bantul (dok. pribadi)

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam dari rumah (karena mampir ishoma juga), sampai lah kami (aku dan kakakku) di pintu masuk dan langsung dicegat bapak penjaga karcis retribusi. Dengan merogoh kocek Rp 6 rebeng aja untuk motor roda dua, dah bisa bersantai-santai ria di pantai yang juga biasa jadi tempat nongkrinya para mancing mania.

papan bertuliskan pantai baru Kuwaru yang teronggok di tepian dekat pintu masuk obyek (dok. pribadi)

Tak seperti hari-hari libur atau akhir pekan, suasana pantai Kuwaru, Rabu (7/8/2016) siang, tampak sepi. Kalau pun ada pengunjung masih bisa dihitung dengan jari, termasuk kami. Hanya ada beberapa petugas pantai dan beberapa penjual di warung-warung sea food, serta nelayan yang tak melaut karena ombaknya tinggi.

Saat melewati gapura masuk, pandangan langsung tertuju pada hamparan biru laut dan langit yang berpadu dengan putihnya buih ombak yang tak henti-hentinya bergemuruh. Sayangnya, pepohonan cemara udang yang tumbuh di sekitar pantai sebagian mengering tak berdaun. Tak cuma itu, bangunan-bangunan warung permanen di tepian pantai juga rusak tak berpenghuni karena abrasi.



kondisi bangunan dan pohon cemara udang di tepi pantai yang rusak karena abrasi (dok. pribadi)

Dari penuturan ibu Tinem, salah satu penjual makanan di situ, abrasi parah terjadi saat jelang bulan puasa lalu. "Airnya masuk sampai sini," kata ibu paruh baya yang duduk di warungnya, seratusan meter dari bibir pantai.

Sementara, seorang nelayan yang sempat juga aku ajak ngobrol sebentar mengaku kalau dirinya tak melaut sudah satu minggu, karena cuaca yang tak bersahabat, dan gelombang tinggi. Hemmmm... Pantas saja banyak kapal berjajar di daratan. Hari ini, orang mancing satu pun tak terlihat di sekitar Kuwaru.

kapal-kapal nelayan yang tak beroperasi terparkir di bibir pantai (dok. pribadi)

Seperti biasa, namanya plesiran gak asyik tanpa cekrak cekrek sana-sini. Keliling sekitar pantai untuk menemukan spot yang bagus. Karena sepi, jadinya leluasa untuk ambil gambar-gambar sesuka hati. Termasuk, satu obyek semacam prasasti yang menuliskan tentang sejarah cemara udang atau dalam bahasa latinnya Casuarina equisetifolia ih... Cantiknya kayak nama orang ya Tapi emang cantik sih pohonnya :D


prasasti sejarah cemara udang (dok. pribadi)

Menurut penjelasan dalam prasasti yang ditandatangani oleh peneliti/pengembang, Suhardi dan Kepala Dukuh Kuwaru, Fadhil Budi Sanuri, pada 17 Agustus 2010 itu, cemara udang pertama kali ditanam dan diteliti di pantai Samas, Bantul oleh tim Riset Unggulan Terpadu (RUT) UGM pada tahun 1994 lalu. Kemudian pada tahun 2000, Fakultas Kehutanan UGM dan PT INDOCOR juga menanam pepohonan yang sama di kawasan perusahaan tersebut. Masih di tahun yang sama, pepohonan ini juga ditanam oleh masyarakat Kuwaru di pantai tersebut, dan setahun kemudian, Dirjen RLPS juga menanam kembali di pantai Samas.

Lagi-lagi sayang, karena tanaman perindang sekaligus penahan abrasi itu terkesan tak terawat dengan baik. Lingkungan di sekitarnya juga terlihat kotor. Padahal, sebagai salah satu aset pariwisata andalan, semestinya terjaga dengan baik sehingga pengunjungnya juga merasa lebih nyaman dan betah berlama-lama di sana. Iya kan ya?


lingkungan sekitar pantai Kuwaru (dok. pribadi)

Oh iya, layaknya pantai-pantai lainnya, di sini para penjual kuliner juga menyajikan berbagai menu masakan ikan laut yang bisa dipesan fresh from the oven istilahnya. Misalnya, undur-undur laut yang digoreng dengan balutan tepung yang renyah.


undur-undur laut goreng tepung (dok. pribadi)

Gak cuma pengunjung yang doyan makan undur-undur laut, karena kucing pun lahap menyantap cemilan satu ini. Gak percaya? Ini nih buktinya... Hihi


kucing cantik yang tengah bunting ini pun tampak lahap menikmati cemilan khas pantai selatan ummm yummy ya cin(g) wekekekekek (dok. pribadi)

Puas menikmati suasana di pantai Kuwaru... Akhirnya kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke arah timur hingga sampai ke hutan pinus di kawasan Mangunan yang ternyata lebih seru perjalanan dan tempatnya. Seperti apa ceritanya? Tunggu ya di trip selanjutnya... ;)


jalur lintas selatan (dok. pribadi)

Salam picnikers...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip #9: Menikmati wisata kuliner malam 'romantis' di angkringan pendopo lawas Jogja

Trip #8: Berdamai dengan alam di kawasan hutan mangrove Baros

Trip #12: di Kampung Flory Sleman, Icip-icip Kuliner Ndeso