Trip #9: Menikmati wisata kuliner malam 'romantis' di angkringan pendopo lawas Jogja


Suasana romantis di angkringan Pendopo Lawas di malam hari (dok. Istimewa)

Jogja emang kota yang gak pernah ada matinya. Apalagi di seputaran jantung kota atau lebih tepatnya dari kawasan Tugu pal putih ke selatan masuk Jalan Malioboro sampai titik nol km, hingga geser ke selatan lagi alun-alun utara Jogja. Dari pagi hingga pagi lagi atau dari malam ke malam lagi, hampir tak pernah sepi dari lalu-lalang orang dan kendaraan.

Taruhlah di sekitar alun-alun utara yang menjadi bagian dari keraton Ngayogyakarto Hadiningrat. Geliat aktifitas malam di kawasan ini selalu 'menggairahkan' hingga banyak orang yang menyempatkan diri atau bahkan berkali-kali menikmati wisata malam di tempat ini. Untuk sekedar nongkri-nongkri atau juga sembari icip-icip kuliner yang dijajakan di pinggir-pinggir jalan.

Kebetulan malam itu (Minggu, 30/10/2016), aku menyempatkan diri untuk jalan-jalan sekaligus kulineran di Angkringan Pendopo Lawas yang lokasi persisnya di sisi timur alun-alun utara Jogja, agak selatan dekat jalan 'buntu' menuju ke pemukiman warga.

Jarum jam belum menunjuk ke angka 7 malam, saat aku tiba di sana. Dari kejauhan saat roda motor melintas di Kauman atau sisi barat alun-alun utara, sudah keliatan kelap-kelip lampu bak lampion kuning berjajar di langit. Dari situ dah kebayang romantisnya tempat itu. Semakin mendekat, semakin terlihat cantiknya warung angkringan yang memang masih terhitung gres bukanya.

Indahnya lampu-lampu kuning yang berpadu dengan tatanan kursi dan bangku kayu bernuansa kuning natural, serta gelapnya malam dan ditambah pendopo yang menjadi tempat menjajakan sajian 'khas' angkringan Jogja, menjadi tampak begitu manis dan romantis untuk menghabiskan malam di sana.

Sesudah memarkir kendaraan di depan pendopo dan cekrak-cekrek bentar, aku masuk ke pendopo untuk memesan makanan. Kebetulan perut juga dah mulai laper (lagi). Jadilah pilih menu nasi ples oseng-oseng mercon yang gak sedasyat mercon sungguhan tentunya haha... Lalu aku juga pesen baso tusuk bakar, satu martabak, sama coklat panas khas angkringan milik koperasi bentukan Forum Komunitas Kawasan Alun-alun Utara (FKKAU) ini. Sebenarnya, es coklat spesial, tapi karena aku gak suka es jadi coklat panas yang disajikan.

Gak selang berapa lama, aku duduk di deretan tengah menghadap ke barat, dan langsung terpapar pemandangan malam, regol Keraton di sebelah selatan, dan wilayah Kauman nun jauh di sisi barat.

Masakannya menurutku lumayan yummy, apalagi oseng-oseng merconnya. Coklatnya juga kental dan manis, nggigit banget rasanya.




Menu makan dan minum pesananku (dok. Pribadi)

Eits gak cuma makan-makan, di sini aku juga sempat ngobrol-ngobrol sama Mas Fuad Andreago yang tak lain adalah orang yang menggawangi FKKAU, juga salah satu pengelola Angkringan Joglo Lawas.

Dari cerita mas Fuad, angkringan ini baru mulai buka 23 Oktober 2016 lalu. Konsepnya emang sengaja dibuat outdoor dengan nuansa yang romantis, karena selain memanfaatkan lahan sekitar 1.000 meter persegi di sisi timur, juga agar pengunjung bisa menikmati kuliner sembari melihat langsung kawasan premium di alun-alun utara yang kaya sejarah, pada sore dan malam hari.

"Ini sebenarnya juga bagian dari rangkaian penataan kawasan alun-alun utara Jogja, sejak 2012 lalu," ungkap mas Fuad.

Meski terhitung baru, pengunjungnya sudah lumayan banyak. "Promosinya masih sebatas melalui media sosial sama broadcast ke teman-teman," ujarnya.

Sebenarnya, di lokasi ini ada dua pendopo di sisi utara dan selatan. Nah rencananya, dalam waktu dekat, stand kuliner akan ditambah lagi dengan aneka bebakaran, bakmi jawa, sate klathak, pecel lele dengan memanfaatkan pendopo di sebelah selatan.

"Hemm... Asik juga idenya. Jadi gak sabar pengen icip-icip sate klathaknya" gumamku.

Ow iya, di sebelah utara angkringan pendopo lawas ini juga ada belasan penjual angkringan dengan gerobak dan juga wedang ronde yang sudah lebih dulu berjualan di tempat itu, bahkan sebelum adanya penataan kawasan.

Siapa sangka, sisi timur alun-alun yang dulunya kumuh dan nyaris tak 'terjamah' wisatawan, kini menjadi tempat yang asik buat kongkow anak-anak muda. Juga berwisata kuliner di malam hari.




Angkringan pendopo lawas (dok. Pribadi)

Layaknya angkringan lainnya, di pendopo lawas juga menyediakan hampir semua jenis makanan dan minuman ala angkringan ditambah dengan menu makan, seperti oseng-oseng mercon, rica-rica daging, tempe kering, dan lauk-pauk yang cukup komplit.

Minumannya juga, selain coklat dan kopi, juga ada aneka wedang. Termasuk wedang uwuh. Harganya? Cukup terjangkau. Untuk menu makan dan minum rata-rata Rp 20 ribu - Rp 25 ribu per orang.

Sayangnya pas aku ke sana, wedang uwuhnya kosong. Mungkin karena kelarisan hehe.. Soalnya semakin malam, pembeli yang datang makin rame. Lebih-lebih antara habis isyak sampai jam 11 malem.




Sebagian menu makanan angkringan Pendopo Lawas (dok. Istimewa)

Warung ini sebenarnya mulai buka sore jam 3-an sampai jam 1 dini hari. Kalau hari Jumat, Sabtu, Minggu biasanya pengunjung tambah rame. Tapi gak perlu khawatir gak kebagian tempat kalau kamu mau ke sana malem-malem. Soalnya, kapasitas kursi cukup untuk 200 orang. Wuih...

Karena di alam terbuka kadang hujan, pengelola juga menyiapkan bangku-bangku di teras kompleks pendopo yang bisa untuk berteduh pengunjung.

Ke depannya, kata mas Fuad, angkringan serupa juga akan dibangun di sisi utara dan barat alun-alun supaya lebih banyak space untuk wisatawan. Wah asik... Apalagi ada fasilitas wifie-nya juga.

Gak terasa, sudah sekitar satu jam duduk-duduk di angkringan. Aku pun beranjak pulang menyusuri jalanan kota di malam hari, dan tiba di rumah dengan perut kenyang dan hati senang. Dan biar kekinian, upload ceritanya pakai produk Telkom biar kerasa banget kalau 'Indonesia Makin Digital' apalagi ditambah hastag #IndonesiaMakinDigital Ahay makin mantabs cui...

Besok icip-icip lagi ah, kalau sate klathaknya dah ready.

Salam piknikers...

Komentar

  1. Haha siiip. Kapan2 ajam aku ya... 😀

    BalasHapus
  2. Suatu saat kalau saya sampai bali, akan saya tulia juga pengalamannya heheh thanks dah mampir di blog saya :)

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  5. kapan2 ajak teman ke pendopo lawas bisa ni, makasih gan infonya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip #8: Berdamai dengan alam di kawasan hutan mangrove Baros

Trip #12: di Kampung Flory Sleman, Icip-icip Kuliner Ndeso